Jumat, 30 Oktober 2009

PROVINSI PASUNDAN ga salah tuh



SUBANG - Sejumlah tokoh dan sesepuh Jawa Barat diagendakan berkumpul di Wisma Karya, Kabupaten Subang, pada Kamis (29/10/2009), guna menggelar Deklarasi Provinsi Pasundan untuk menggantikan sebutan Jawa Barat.

Dalam Deklarasi Provinsi Pasundan itu sejumlah tokoh Jawa Barat, seperti Dede Yusuf, Iwan Sulandjana, Dadang Garnida, Sholihin GP, Acil Bimbo dan beberapa nama lain diagendakan hadir dalam acara bertajuk Paceng Dina Galur Ngajaga Sarakan sekira pukul 20.00 WIB di Wisma Karya malam nanti.

Sekretaris Umum Pangauban Ki Sunda, Dewi Komala menyatakan, deklarasi tersebut sebagai upaya untuk mengembalikan dan mempertegas identitas, yaitu dengan mengganti nama Jawa barat menjadi Provinsi Pasundan," papar Dewi dalam konprensi pers di Jalan Panglejar, Subang, Rabu (28/10/2009).

Salah satu yang mendasari pergantian nama dari Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan, kata Dewi, selain mempertegas identitas masyarakat Pasundan juga untuk mengikat budaya yang dalam beberapa tahun terakhir ini mulai terkikis dan sulit didapati di daerah asalnya, akibat masuknya budaya global.

Dewi menegaskan, penggantian nama wilayah, sudah biasa terjadi di Indonesia dan tidak bertentangan dengan kaidah hukum. Dia mencontohkan, pada beberapa tahun lalu ada beberapa provinsi yang mengubah namanya. Seperti Papua menjadi Irian Jaya dan Aceh menjadi Nangroe Aceh Darussalam. Apalagi menurut dia, pergantian nama itu tidak akan mengubah jumlah kabupaten/kota.

"Kita hanya menginginkan nama Jawa Barat diganti menjadi Pasundan, jadi tidak akan merubah tatanan pemerintahan atau jumlah kabupaten/kota. Dan sebelum ini kita sudah berkeliling ke beberapa tokoh Sunda, mereka sependapat dan menginginkan ada pergantian nama menjadi Pasudan," jelasnya.

Saat disinggung soal potensi munculnya sentiment kebahasaan di beberapa daerah di Jawa Barat, seperti Cirebon, Indramayu dan Subang bagian Utara, Dewi menepis kekhawatiran itu. Dia menegaskan penamaan pasundan itu tidak terjebak dengan bahasa namun dilihat dari sisi histories.

Dari deklarasi yang akan digelar malam ini, rencananya sejumlah tokoh dan sesepuh Jawa Barat akan mendatangi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk disetujui di Jakarta. Mereka oftimistis perubahan nama tersebut dikabulkan oleh Presiden.

Agenda Ruat Lembur ini rencananya akan digelar di halaman Wisma Karya, Subang dari pukul 20.00 WIB. Selain diisi deklarasi pergantian nama Provinsi, dalam acara tersebut akan digelar sejumlah pertunjukan seni tradisional Pasundan dan ritual doa.

Sementara peserta yang dipastikan hadir, selain tokoh Jawa barat, datang dari masyarakat Badui, Nagara Banceuy, Ki Sunda Sabudeur Subang, rancakalong, Cigugur Kuningan, Panghayat Kapercayaan Cibedug Lembang, Pinisepuh Bandung dan sejumlah Pimpinan Pesantren di Jabar. (repro;vivanews)

Rabu, 14 Oktober 2009

BLANGKON ATAU BELANGKON


Blangkon adalah tutup kepala yang dibuat dari batik dan digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional Jawa. Untuk beberapa tipe blangkon ada yang menggunakan tonjolan pada bagian belakang blangkon. Tonjolan ini menandakan model rambut pria masa itu yang sering mengikat rambut panjang mereka di bagian belakang kepala, sehingga bagian tersebut tersembul di bagian belakang blangkon.

Blangkon sebenarnya bentuk praktis dari iket yang merupakan tutup kepala yang dibuat dari batik dan digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional Jawa. Untuk beberapa tipe blangkon ada yang menggunakan tonjolan pada bagian belakang blangkon yang disebut mondholan. Mondholan ini menandakan model rambut pria masa itu yang sering mengikat rambut panjang mereka di bagian belakang kepala, sehingga bagian tersebut tersembul di bagian belakang blangkon. Lilitan rambut itu harus kencang supaya tidak mudah lepas.

Sekarang lilitan rambut panjang yang menjadi mondholan sudah dimodifikasi karena orang sekarang kebanyakan berambut pendek dengan membuat mondholan yang dijahit langsung pada bagian belakang blangkon. Ada 2 jenis blangkon yaitu gaya Surakarta (Sala) dan gaya Yogyakarta. Blangkon gaya Surakarta mondholannya trepes atau gepeng sedang mondholan gaya Yogyakarta berbentuk bulat seperti onde-onde.