Selasa, 07 April 2009

RIWAYAT HIDUP AL GHAZALI

RIWAYAT HIDUP
AL-GHAZALI

1. Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad Al-Ghazali dilahirkan pada tahun 450 H (1085 M) di kota Thus,Khurasan,wilayah Persia.
Sebelum ayahnya meninggal dunia,ketika Al-Ghazali masih kecil,beliau dan saudaranya telah diserahkan kepada seorang ahli tasawuf yang kelak mendidiknya.

Di Durjan,beliau mempelajari ilmu fikih dan bahasa Arab. Dari sana beliau meneruskan perjalanannya ke kota Naisabur,dekat Thus. Di sini beliau belajar kepada imam Al-Haramain yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan. Di sini pulalah beliau dengan amat tekun mulai memperdalam berbagai ilmu : ilmu logika,ilmu kalam,dan ilmu-ilmu lainnya yang penting.

2. Lama sesudah itu beliau pindah ke Baghdad, kota pusat kebudayaan Islam pada masa itu. Di sini beliau mulai mengajarkan ilmunya. Namanya mulai termasyhur dan banyak orang tertarik kepadanya. Kebesaran jiwa yang tumbuh dalam pribadi Al-Ghazali mendapat perhatian dari Perdana Menteri Nizham Al-Mulk yang pada masa itu memerintah dibawah Dinasti Sultan-Sultan Saljuk. Atas kebijaksanaan Perdana Menteri itu, Al-Ghazali diangkat menjadi Guru Besar pada Universitas Nizhamiyyah,yaitu pada tahun 484 Hijriyah

3. Kedudukannya sebagai pejabat tinggi pada pemerintahan, namanya yang termasyhur telah mempengaruhi jiwanya untuk cinta kepada kebendaan,mengharap kehormatan,kemewahan dan harta benda. Tetapi pengaruh yang demikian itu tidak lama menyelinap pada dirinya,karena kemudian timbul ‘ pergolakan-pergolakan batinnya’, pergolakan antara ‘ilmu’ dan ‘amal’. Semua suara batin yang mengajak kepada kebendaan itu dapat dikalahkan. Tetapi pergolakan-pergolakan di dalam batinnya itu menyebabkan ‘beliau jatuh sakit’. Seorang dokter/tabib yang hendak menolongnya mengatakan bahwa ‘penyakitnya sukar disembuhkan’ ,karena penyakit itu bukan berasal dari ‘luar’ melainkan dari ‘dalam’. Oleh karena itu,segala pengobatan dari luar tidak akan membawa manfaat baginya.

4. Oleh karena itu beliau berusaha untuk ‘mengobati’ penyakitnya ‘dengan kekuatan jiwanya sendiri’. Diobatinya penyakitnya itu dengan melindungkan dirinya kepada Allah,memohon bantuan dan pertolongan agar disembuhkan-Nya, agar penyakit itu lepas dari dirinya. Akhirnya,berkat anugerah Allah,sakitnya menjadi sembuh,bahkan beliau mendapat ‘ilham dan petunjuk dari-Nya. Hatinya menjadi terang,sikapnya menjadi tabah serta memperoleh ‘kepastian’ tentang ilmu.

Beliau berani meninggalkan segala kemewahan,harta kekayaan,kehormatan dan keluarga yang ada di Baghdad untuk kemudian pergi ke Suriah pada tahun 489 Hijriyah. Sebelumnya segala harta kekayaan yang diperoleh di Baghdad telah diwakafkan terlebih dahulu. Di kota Damaskus,beliau tinggal selama 11 tahun.

5. Di Damaskus inilah mula-mula beliau melakukan pertobatannya dengan melakukan khalwat, ber-iktikaf, menyucikan diri dan jiwanya, membersihkan akhlak dan budi pekertinya, selalu berfikir tentang Allah SWT. Dari situ beliau pergi ke Yerusalem. Di sini pun beliau menetap dan ber-khalwat di masjid Baitul Maqdis. Lama kemudian sesudah itu,beliau pergi ke Mesir dan seterusnya ke Makkah dan Madinah,untuk menunaikan ibadah haji.

Kadang-kadang Al-Ghazali pulang ke Baghdad untuk sekedar menengok keluarganya Kehidupan yang demikian ini berjalan bertahun-tahun

6. Setelah sekian lama berada dalam pengembaraan, akhirnya beliau pulang kembali dan menetap di Baghdad. Sekali lagi beliau diminta oleh Perdana Menteri Nizham Al-Mulk untuk menjadi Guru Besar pada Universitas Nizhamiyyah, yaitu pada tahun 500 H (1106 M)
Sesudah mengarungi lautan hidup yang luas itu, menyelami ilmu yang sangat dalam, serta menegakkan ibadah, maka pada tanggal 9 Desember 1111 M (505 H),Hujjah al-Islam, waliyyullah, dan filosof Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad Al-Ghazali berpulang ke rahmatullah.-

Sumber : Buku ‘Kitab al-Munqids min-adh-Dhalal’, Kegelisahan Al-Ghazali
Sebuah Otobiografi Intelektual.
Disalin oleh : HMU Suwendi
Code : Hmus-ci-snn-030406

Tidak ada komentar: