Sabtu, 11 April 2009

wirausaha menepis krisis


Dengan
WIRAUSAHA
MENEPIS KRISIS
( Konsep Membangun Masyarakat Entrepreneur Indonesia )

JADILAH PRIBADI MANDIRI

1. Tujuan tulisan ini untuk mengajak semua anggota masyarakat dan angkatan kerja Indonesia agar berpaling dari pribadi-pribadi pencari pekerjaan,menjadi tokoh-tokoh pencipta pekerjaan. Alasannya jelas bahwa kewiraswastaan/kewirausahaan/entrepreneur mempunyai sangat banyak keunggulan dibanding sekedar menjadi pekerja atau buruh.
Untuk memberikan sedikit gambaran mengenai apa saja kelebihan-kelebihan berwiraswasta disbanding menjadi buruh,pekerja atau karyawan,dibawah ini kita simak beberapa di antaranya :


(1). Usahawan/wiraswastawan menjadi orang yang tidak tergantung kepada adanya lowongan pekerjaan dan bisa langsung bekerja
(2). Usahawan/wiraswastawan tidak diperintah orang lain. Dia menjadi majikan sendiri (the own boss). Dia juga tidak akan pernah di-PHK oleh siapapun
(3). Usahawan/wiraswastawan berpeluang untuk memiliki penghasilan yang tidak terbatas
(4). Usahawan/wiraswastawan memiliki jam kerja,hari libur serta pensiun yang diatur sendiri
(5). Usahawan/wiraswastawan mempunyai wawasan luas,tidak terkungkung hanya dalam satu bidang keterampilan
(6). Usahawan/wiraswastawan bisa mengembangkan gagasan-gagasan usahanya sepenuhnya

Di samping itu,usahawan/wiraswastawan juga memiliki kandungan idealisme yang tinggi,antara lain:


(1). Ybs telah memberikan kontribusi yang amat besar artinya bagi pemerintah dan negara,karena telah dapat menyerap tenaga kerja,sehingga mengurangi tenaga pengangguran
(2). Ybs juga membantu pemerintah dan negara dengan menambah jumlah dunia usaha yang siap menggarap potensi tanah air

2. Dengan mengacu kepada sifat-sifat unggulan dunia wirausaha tersebut diatas,maka sewajarnyalah kalau kita sudah mulai berpikir ke arah sana,dan mulai menyingsingkan lengan baju serta menentukan prioritas kerja.
Karena kita berangkat dari sebuah keadaan ekonomi yang memprihatinkan,maka urut-urutan prioritas kerja dimaksud seperti berikut:


(1). Mengganti pola hidup konsumtif,menjadi pola hidup produktif
(2). Mengenali pola dasar ke-wiraswasta-an yang benar dan luhur
(3). Mempersiapkan (persiapan) teknis


MENGGANTI POLA KONSUMTIF MENJADI POLA PRODUKTIF

1. Untuk merintis hidup sebagai seorang wirausahawan,pertama-tama yang harus diperhatikan adalah bahwa disadari atau tidak,selama ini ada saja perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat konsumtif. Perilaku semacam itu harus dihilangkan atau paling tidak dikurangi sampai batas seminimal mungkin.


Kebiasaan konsumtif pada umumnya dirasakan sebagai suatu kebiasaan kecil yang tidak akan menggangu kelangsungan ekonomi keluarga atau pribadi,bahkan banyak kasus kebiasaan itu diberi prioritas sebagai kebutuhan sehari-hari. Banyak contoh untuk itu,antara lain kebiasaan merokok,makan diluar atau jajajn di restoran,minum kopi atau minuman keras,serta juga kebiasaan memakai pakaian ‘bermerek’ yang harganya mahal.
Meski kelihatan sepele,namun bila dihitung-hitung,pengeluaran bulanan di bidang konsumsi extra ini akan kelihatan lumayan besar. Oleh karena itu,sejak sekarang ubahlah kebiasaan-kebiasaan tersebut,tidak saja bersifat boros,tetapi juga karena umumnya kegiatan tu tidak banyak bermmanfaat,bahkan condong lebih merugikan. Merokok,minuman keras,bahkan jajan diluar pun sering berpengaruh kurang baik bagi kesehatan.

2. Hal lain yang harus diwaspadai adalah pemakaian utilitas,meliputi listrik PLN,telepon rumah/kantor serta air bersih dari PAM. Sebagaimana kita tahu,rekening-rekening utilitas muncul setiap bulan,sehingga secara langsung akan memberatkan pengeluaran finansial kita. Hematlah itu semua

3. Bagi kalangan menengah sering dirasakan ada kebutuhan untuk menggunakan peralatan _antu,seperti telepon genggam (handphone),pager,internet,dan semacamnya. Karena juga memberikan kontribusi pengeluaran yang tidak kecil setiap bulannya,maka perlu ditinjau ulang seberapa jauh kadar kepentingan menggunakan alat-alat tersebut.

4. Demikian juga dengan kartu kredit. Meski ada kegunaan yang sangat meninjol dan vital pada saat-saat tertentu,namun lebih baik dikurangi pemakaian kartu kredit,karena selain factor beban seperti iuran tahunan dan bunga pinjaman bulanan,kartu kredit sering ‘memancing’ pemiliknya untuk menjadi konsumtif.

MENGENALI POLA DASAR KE-WIRASWASTA-AN YANG BENAR DAN LUHUR
1. Ada 4 unsur yang membentuk pola dasar kewiraswastaan yang benar dan luhur,yaitu: sikap mental (attitude), kepemimpinan (leadership), ketatalaksanaan (management) serta keterampilan (skill)

2. Unsur yang pertama,yaitu sikap mental (attitude) adalah inti atau pokok,tidak saja di bidang kewiraswastaan,tetapi juga untuk seluruh bidang kehidupan. Sikap mental menentukan baik tidaknyaperangai seseorang,sehingga menentukan juga bagaimana orang itu akan berkiprah di dunia ini,termasuk sepak terjangnya di bidang bisnis
Bila seorang usahawan memiliki sikap mental yang baik,bisa diharapkan yang bersangkutan akan menjadi kader pembangunan yang handal,sedangkan jika sikap mentalnya buruk,besar kemungkinan dia akan menjadi pengusaha curang dan culas,yang hanya mementingkan dirinya sendiri.
Pada akhirnya pengusaha-pengusaha yang bermental buruk akan menjadi ‘binatang-binatang bisnis’ (kata Kwik Kian Gie),yang hanya akan menggerogoti bangsa dan negaranya sendiri sampai hancur luluh. Krisis ekonomi yang terjadi sekarang ini merupakan andil sepak terjang para pengusaha bermental buruk seperti itu.

3. Unsur yang kedua,yaitu kepemimpinan (leadership) .Kepemimpinan merupakan suatu nilai kepribadian yang sifatnya menentukan arah dan mendasari setiap proses pengambilan keputusan. Maka kepemimpinan menjadi mutlak diperlukan oleh setiap orang yang ingin menjadi wirausahawan. Tanpa sifat kepemimpinan yang tinggi,seorang pengusaha akan sukar untuk bisa mencapai keberhasilan maksimal. Sebab dengan sifat kepemimpinan inilah seseorang akan bisa mengendalikan perusahaannya kearah yang benar.
Selain itu semua pengambilan keputusan (decesion making) hanya bisa dilakukan oleh figur yang memiliki nilai kepemimpinan yang mantap.

4. Unsur yang ketiga,yaitu tatalaksana/tatakelola (management) adalah sebuah system pengelolaan. Manajemen bukanlah suatu monopoli para manajer,karena semua orang atau organisasi memerlukan manajemen. Dari para ibu rumah tangga,pekerja pabrik,direksi perusahaan sampai pimpinan pemerintahan, semuanya memerlukan sistem pengelolaan ini. Yag perlu diperhatikan,aspek manajemen ni harus diwaspadai sejak awal,sejak sebuah usaha berada dalam taraf persiapan. Sebab bila manajemen ini terlanjur menjadi ‘semrawut’,maka bisa dipastikan dalam waktu yang tidak terlalu lama,perkembangan usaha akan terhambat.

5. Unsur yang keempat,yaitu keterampulan teknis (skill) jelas merupakan factor yang sangat penting,karena disinilah nantinya ditentukan tinggi rendahnya kualitas produk. Namun jangan mengira bahwa dengan menguasai keterampilan teknis tertentu,orang sudah mempunyai bekal yang cukup untuk berwiraswasta. Keterampilan harus hadir utuh bersama-sama 3 unsur lainnya seperti yang telah dijelaskan diatas,yaitu sikap mental yang baik,sifat kepemimpinan serta kemampuan tatalaksana/tatakelola atau manajemen diatas.
Dengan menguasai ke 4 unsur tersebut diatas barulah bisa dijamin bahwa peluang untuk maju dengan baik dan benar akan terbuka lebar


PERSIAPAN TEKNIS

1. Apabila 2 tahap prioritas terdahulu (lihat tulisan halaman 1 : Jadilah Pribadi Mandiri), yaitu Mengganti Pola Hidup Konsumtif menjadi Pola Hidup Produktif,serta Mengenal Pola Dasar Kewiraswastaan yang Benar dan Luhur
sudah dirasa siap,maka kita tiba ke tahap ke-3,yaitu Persiapan Teknis.
Disini,persiapan kita akan meliputi 2 hal penting yaitu : Memilih Bidang Usaha dan Mengusahakan Permodalan

2. Memilih Bidang Usaha. Untuk usaha kecil yang dimulai secara perorangan,perlu diperhatikan bahwa bidang usaha yang dipilih seyogianya berasal dari bidang yang benar-benar disukai serta dikuasai oleh yang bersangkutan. Idealnya,seharusnya bidang itu merupakan hobi si pengusaha.
Dengan demikian beberapa hal penting yang menyangkut kelanggengan usaha akan terpenuhi. Antara lain,pengusaha akan sangat menikmati pekerjaannya sebagai sesuatu yang menyenangkan,sehingga meski harus bekerja keras melebihi jam kerja normal,dia tidak akan merasakannya sebagai beban masalah. Perlu diketahui dan dicamkan bahwa untuk suatu usaha yang baru mulai,umumnya memang diperlukan kerja extra keras dengan jam kerja yang panjang disertai berbagai pengorbanan lainnya. Nanti setelah usaha itu berkembang maka sedikit demi sedikit volume dan insentsitas kerja bisa lebih diperlonggar.

Selain itu,bila bidang usaha yang dipilih merupakan bidang yang dikuasai dengan baik,ada jaminan bahwa bila kita bermitra dengan orang lain,kita tidak akan mudah ditinggalkan begitu saja olehnya,pada saat usaha sudah sudah mulai menunjukkan kemajuan. Sebab fenomena/kejadian perginya mitra usaha meninggalkan kita pada saat perusahaan baru saja beranjak maju,sudah merupakan fenomena yang umum terjadi,dan itu harus diantisipasi sebelumnya.
Sebabnya tentu saja karena sang mitra tidak kuat godaan untuk berkhianat demi memperoleh semua order guna kepentingannya sendiri

2. Mengusahakan Permodalan. Dalam menghadapi masalah permodalan,banyak jalan yang bisa ditempuh. Kebanyakan orang Indonesia selalu mengeluhkan ketiadaan modal uang sebagai alas an mengapa mereka ‘enggan’ berwiraswasta.
Padahal modal yang paling vital sebenarnya bukanlah modal keuangan,tetapi modal non-fisik,berupa motivasi,dan kemauan berusaha yang menggebu-gebu,keuletan serta ketekunan.
Bila hal itu sudah bisa dipenuhi,mencari modal dana bukanlah masalah yang terlalu ‘tidak mungkin’,meski kita secara pribadi tidak memiliki uang.

Mengapa?
(1). Sebab bila kita memang memiliki gagasan yang cemerlang ,konsep yang baik serta tahu dimana adanya sumber-sumber permodalan,maka pada akhirnya masalah itu akan bisa diatasi.
(2). Sumber-sumber permodalan itu banyak,selain sumber milik sendiri,seperti uang tabungan,uang pesangon,uang gusuran,juga hasil menggadaikan barang atau hasil penjualan aset milik pribadi
(3). Selain itu modal itu bisa juga modal pihak lain,yaitu berupa pinjaman dari bank,dari koperasi simpan pinjam,dari lembaga-lembaga keuangan lainnya.
Tapi yang paling ideal adalah bila kita bisa mendapat modal dari pihak lain tanpa meminjam. Kasus semacam ini bila kita bermitra dengan pihak-pihak yang memiliki modal,tapi tidak memiliki keahlian,atau tidak memiliki konsep usaha,tidak memiliki jaringan relasi. Sehingga terjalin kemitraan antara pemilik konsep usaha dengan penyandang dana. Harus diingat bahwa pengusaha adalah ‘pekerja otak’ bukan ‘pekerja otot’. Jadi untuk mewujudkan keberhasilannya,diperlukan ide-ide baru,inovasi segar dan orsinil,konsep-konsep serta terobosan-terobosan baru yang revolusioner.

Sumber :
Buku “Dengan Wirausaha Menepis Krisis.Konsep Membangun Masyarakat Entrepreneur Indonesia,oleh Prof Dr Rusman Hakim – Lulusan dari Jepang
Code : Hmus-ci-kms-090606

Tidak ada komentar: